Wednesday 9 October 2013

Ilmu Menarik Kesimpulan

Bagi yang suka baca novel detektif, kenal Sherlock Holmes dong pastinya? Master Detektif asal Inggris yang sangat-sangat jenius ini selalu berhasil memecahkan semua kasus kriminal. Eits masasih enggak punya kelemahan? Ternyata ada satu musuh Holmes yang bisa mengalahkannya, yaitu WANITA bernama Irene Adler #gogogirl #mendadakfeminis. Holmes juga sangat menyukai si Adler ini karena kecerdasannya dalam mengelabui sang detektif.

Irene Adler


Nah sebenernya gue lebih ingin membahas keahlian Holmes dalam membuat hipotesa yang mampu melewati jangkauan pikiran manusia. Satu benda tapi bisa menghasilkan seribu interpretasi! Dijamin akan membuat kalian terkagum-kagum.  Harus total mega kritisch kalau ingin menjadi seperti dia.  Dan keahlian itu disebut ‘Ilmu Menarik Kesimpulan’ .


*



Sedikit pekerjaan ini diambil dari cerita pendek berjudul “The Adventure of the Blue Carbuncle”, yang diterbitkan dalam buku The Adventures of Sherlock Holmes karya Sir Arthur Conan Doyle.

Watson:              
Aku mengambil benda yang rusak dengan kedua tanganku dan melihat benda itu benar-benar menyedihkan. Benda itu adalah sebuah topi hitam biasa dengan bentuk bulat yang biasa pula, keras, dan benar-benar tidak layak untuk digunakan. Tepiannya dilapisi oleh kain sutra merah, tetapi warnanya sudah benar-benar luntur.   Tidak ada nama si pemilik di situ; tetapi, seperti yang dilihat oleh Holmes, inisial “H.B.” tertulis di salah satunya. Ada lubang untuk menggantungkan topi, tetapi karet elastiknya sudah menghilang. Selain itu, keadaan topinya sudah penyok, sangat berdebu, dan bernoda di beberapa tempat, meskipun tampaknya ada suatu usaha untuk menyembunyikan pola-pola warna yang luntur dengan melumurkan tinta pada bagian itu.

Holmes:               Kau tidak melihat sesuatu?

Watson:               Aku tidak melihat sesuatu pun.

Holmes:                
Sebaliknya, Watson, kau bisa melihat segalanya. Bagaimanapun, kau gagal untuk mengetahui fakta dari apa yang kau lihat. Kau terlalu lemah untuk menggambarkan pendapatmu... Bahwa pria pemilik topi ini sangat cerdas dan tentu saja jelas tampak pada tampilan topi ini, dan juga lumayan makmur dalam tiga tahun terakhir ini, sebelum dia terjerumus dalam dunia kejahatan. Dia memiliki pandangan jauh ke depan, tetapi tidak begitu jauh seperti masa lalunya, menunjukkan sebuah kemunduran moral. Dari semakin memudarnya keberuntungan lelaki ini, dia tampaknya terkena pengaruh suatu keburukan di tempat kerjanya, mungkin dari minuman keras. Ini juga mungkin berhubungan dengan fakta jelas bahwa istrinya sudah tidak mencintai lelaki ini... Bagaimanapun, dia telah mempertahankan harga dirinya... Dia adalah seorang lelaki yang menjalani kehidupan dengan berleha-leha, hanya keluar usaha sedikit, benar-benar tidak pernah berlatih lagi, dan sudah berusia paruh baya, dengan rambut beruban yang baru dia potong beberapa hari yang lalu, serta dia olesi  dengan krim  beraroma lemon. Ini adalah fakta-fakta paten yang bisa disimpulkan dari topi tersebut. Selain itu, omong-omong, dia benar-benar tidak mungkin memiliki bahan bakar gas di dalam rumahnya.

Watson:              
...aku masih kebingungan dengan penjelasanmu, berilah sekadar contoh, bagaimana kau menyimpulkan bahwa lelaki ini adalah seseorang yang intelek?

Holmes meletakkan topi itu di atas kepalanya. Topi itu langsung lolos dari keningnya dan menutupi wajahnya sampai ke pangkal hidung.

Holmes:               
Ada pertanyaan tentang kapasitas volume... seorang lelaki dengan otak sebesar ini pasti memiliki kecerdasan di dalamnya.

Watson:               
Kalau begitu, bagaimana dengan memudarnya keberuntungan lelaki ini?

Holmes:               
Topi ini sudah berusia tiga tahun. Tepian datar ini sudah bergelombang di ujungnya. Ini adalah sebuah topi dengan kualitas sangat tinggi. Lihatlah pita sutra yang melapisinya, dan garis tepiannya yang benar-benar indah. Jika lelaki ini mampu untuk membeli sebuah topi yang sangat mahal tiga tahun yang lalu, dan tidak mampu membeli topi baru setelah itu, sudah pasti dia mengalami keterpurukan.

Watson:               
Baiklah, memang sudah cukup jelas, tentu saja. Tapi, bagaimana dengan berpandangan jauh ke depan, atau kemunduran moral?

Holmes:      
Inilah kata kuncinya... (Holmes mengambil sesuatu) jari telunjuk dan ibu jarinya memegang piringan hitam mungil dan lubang untuk menggantungkan topi. Benda ini tidak pernah dijual sendiri. Jika lelaki ini memesannya, itu merupakan suatu tanda pikiran yang benar-benar jauh ke depan, karena dia melakukan hal ini untuk berjaga-jaga jika ada angin kencang. Tapi, karena kita melihat bahwa dia memutuskan tali elastiknya, dan tidak kesulitan untuk menggantinya, sudah jelas bahwa saat ini dia tidak terlalu berpandangan jauh ke depan seperti sebelumnya, dan merupakan tanda-tanda yang jelas dari keadaannya yang semakin melemah. Pada sisi lain, dia telah berusaha keras menyembunyikan noda-noda di kain felt ini dengan mengoleskan tinta, yang merupakan sebuah tanda bahwa dia tidak benar-benar kehilangan harga dirinya... Poin-poin yang lebih jauh, dia sudah berusia paruh baya, rambutnya beruban, baru saja dipotong, dan dia menggunakan krim beraroma lemon, semua diketahui dari pemeriksaan lebih teliti terhadap bagian tepinya yang lebih dalam. Kaca pembesar menampakan banyak sekali potongan rambut, yang baru saja digunting oleh seorang tukang cukur. Rambut-rambut itu tampak lengket, dan ada aroma samar krim-lemon. Debu ini, kau bisa melihatnya, bukan serpihan debu kelabu dari jalanan, tetapi debu cokelat dari rumah, menunjukkan bahwa kebanyakan, topi ini digantung di dalam ruangan, sementara tanda lembap di bagian dalam adalah bukti positif bahwa si pemakai sangat cerdik, dan hanya dimungkinkan apabila dia keras dalam berlatih.

Watson:               
Tapi istrinya–kau berkata bahwa istrinya sudah tidak lagi mencintainya.


Holmes:               
Topi ini tidak pernah disikat selama berminggu-minggu. Ketika aku melihatmu, Watson yang baik, dengan lapisan debu selama seminggu di topimu, dan ketika istrimu menginginkanmu keluar dengan keadaan seperti itu, aku khawatir bahwa kau juga tidak beruntung karena kehilangan kasih sayang istrimu.

Tuesday 2 July 2013

Die Küchenuhr

Hari ini enggak tau kenapa muncul godaan untuk menulis salah satu Kurzgeschichte-nya Jerman yang terkenal atau kalo di Indonesia disebut cerita pendek. Ada kepuasan batin tersendiri saat baca karya-karya sastrawan Jerman karena alur ceritanya tidak bisa ditebak dan 'unik', berbeda saat baca karya dalam negeri yang alurnya itu-itu saja. Silakan disimak terjemahan Indonesianya! :) #maafkalosalah #namanyajugabelajar


Die Küchenuhr (Jam Dapur)
von Wolfgang Borchert


Mereka sudah melihat pemuda itu dari kejauhan dan kemudian menghampirinya. Ia memiliki wajah yang sangat tua, tetapi dari cara dia berperilaku, terlihat bahwa umurnya masih duapuluhan. Mereka pun duduk bersamanya di sebuah bangku, di bawah terik matahari. Dan dia menunjukkan kepada mereka sesuatu yang ada dalam genggaman tangannya.

Ilustrasi Kurzgeschichte ini
Küchenuhr itu bentuknya seperti ini

"Ini dulu adalah jam dapur kami", katanya sambil memandang mereka satu per satu. "Ya, saya telah menemukan jam ini. Hanya ini yang tersisa darinya." Ia memegang sebuah jam dapur yang berbentuk bulat seperti piring, dan mengusap angka-angka berwarna biru itu dengan jarinya.

"Benda ini sudah tidak berharga lagi", katanya rintih, "ya aku tahu. Dan dia sekarang juga tidak terlalu cantik. Kini ia hanyalah sebuah piring, dengan cat warna putih. Tetapi angka-angka birunya masih terlihat manis, menurutku. Alat penunjuknya tentu saja terbuat dari logam. Tapi sekarang tidaklah lagi. Tidak. Bagian dalamnya sudah rusak, hampir semuanya. Tapi dia masih terlihat baik-baik saja.Walaupun sudah tidak berguna." Secara hati-hati pemuda itu membentuk lingkaran sepanjang tepi jam itu dengan menggunakan ujung jarinya. Dan dia berkata dengan pelan: "Dan hanya ini yang tersisa."

Mereka yang sedang duduk di bangku itu, tidak memperhatikan sang pemuda. Yang lelaki hanya memandangi sepatunya sedangkan si wanita memandangi kereta dorong bayinya. Kemudian seseorang berkata: "Anda kehilangan semuanya?"
"Ya, ya", jawab si pemuda senang, "coba Anda pikirkan, semuanya! Hanya ini yang tersisa darinya." Dan si pemuda mengangkat kembali jam itu tinggi-tinggi, seolah-olah yang lain belum mengenal benda itu. "Tetapi jam itu sudah tidak berfungsi", ucap si wanita. "Tidak, tidak, tidak. Ia memang rusak, aku tahu itu. Tapi sebaliknya ia masih terlihat baik-baik saja: putih dan biru."

Dan kembali pemuda itu menunjukkan kepada mereka jam miliknya. "Dan yang paling terindah adalah", katanya penuh semangat, "memang belum pernah kujelaskan kepada Anda. Yang terindah itu: coba Anda pikirkan, dia selalu berada di pukul setengah tiga. Selalu di angka itu, coba pikirkan!"
"Berarti rumah Anda terkena goncangan pukul setengah tiga", kata seorang lelaki sambil mendorong bibir bawahnya. "Itu sudah sering kudengar. Ketika bom-bom berjatuhan, semua jam pasti tidak bergerak lagi. Itu akibat dari goncangan."

Pemuda itu melihat jam dapur itu dan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tidak, Tuan, tidak, Anda salah. Ini tidak ada hubungannya dengan bom. Anda tidak harus selalu membicarakan bom-bom itu. Tidak. Ada beberapa hal yang Anda tidak tahu pada pukul setengah tiga ini. Ini konyol, bahwa jam itu selalu diam di angka setengah tiga. Dan bukan di empat lewat seperempat atau jam tujuh. Saya selalu tiba di rumah pada pukul setengah tiga. Setiap malam, maksudku. Hampir selalu setengah tiga. Itu semua memang konyol."

Ia memandangi kedua orang itu, namun mata mereka melayang ke arah lain. "Dan tentu saja aku merasa lapar, benar bukan? Dan aku selalu pergi ke dapur. Selalu pada pukul setengah tiga. Lalu, muncullah ibuku. Walaupun aku membuka pintu sepelan mungkin, ia pasti mendengar. Dan ketika aku sedang mencari makanan di dapur dalam keadaan gelap, tiba-tiba lampu menyala. Kemudian ia berdiri sambil mengenakan jaket wol dan syal merahnya. Dan ia menyipitkan matanya, karena cahaya lampu terlalu terang. Yah dia sudah terlelap sebelumnya. Saat itu memang sudah malam. Jadi pulang larut lagi, katanya. Ia tidak berbicara apa-apa lagi. Hanya: Pulang larut lagi. Dan kemudian ia segera membuatkan aku makan malam yang masih hangat dan ia menunggui aku makan. Dia selalu menggosok-gosokkan kakinya, karena lantai yang begitu dingin. Ia tidak pernah memakai sepatu ketika malam. Dan ia duduk sangat lama bersamaku, sampai aku merasa kenyang. Lalu aku masih mendengar dia merapikan piring, ketika aku sudah mematikan lampu kamarku.

Setiap malam selalu begitu. Dan paling sering pada pukul setengah tiga. Tentu saja, menurutku, ia selalu membuatkanku makanan di dapur setiap setengah tiga. Menurutku itu pasti. Ia selalu melakukan hal itu. Dan dia tidak pernah mengatakan apapun kecuali: Pulang larut lagi. Tetapi ia sudah mengucapkannya berkali-kali. Saya pikir, kata-kata itu tidak akan bisa berhenti. Menurutku itu pasti. Semuanya selalu seperti itu dulu."

Terdengar hela nafas panjang. Lalu ia mengatakan dengan pelan: "Dan sekarang?" Ia memandangi yang lainnya. Mereka masih tidak peduli. Dia berkata lirih kepada jam putih dengan wajah bulat biru itu: "Sekarang, sekarang aku tahu, apa itu surga. Surga yang asli."

Di atas bangku itu masih sunyi senyap. Kemudian bertanyalah si wanita: "Dan keluargamu?" Si pemuda tersenyum: "Ah, maksudmu orangtuaku? Ya, mereka juga sudah pergi. Semuanya sudah pergi. Semua, coba Anda bayangkan. Semuanya pergi."
Ia tersenyum dari seorang ke lainnya, namun mereka tidak memperhatikan si pemuda. Dan ia mengangkat jam itu lagi tinggi-tinggi dan ia tertawa. Dia tertawa: "Hanya jam ini yang ada di sini. Hanya dia yang tersisa. Dan yang paling terindah, bahwa dia selalu diam di angka setengah tiga. Lucunya, setengah tiga."
Dan ia tidak mengatakan apa-apa lagi. Dan lelaki, yang duduk di sebelah pemuda itu, memandangi sepatunya. Namun sebenarnya ia tidak memandanginya. Ia sedang memikirkan kata "surga".